Jaya! Rahayu widada mulya.
Para kadang yang kami muliakan, dalam menapaki bulan suci Ramadhan ini semoga sajian di bawah ini dapat mendorong rasa sykur kita atas anugerah TUHAN SERU SEKALIAN ALAM yang telah dilimpahkan – NYA pada bangsa dan Negara ini.
Kami dibuat terbelalak & nyaris tidak percaya pada decade 80 kadang sepuh kami Ki Dieng Marwah (Marwoto Sudebyo, seorang pejuang dari Divisi 10) yang sangat idialis sehingga mengharamkan dirinya untuk menerima pensiun bila Pak Harto masih berkuasa. Bahkan sebelum Pak Harto lengser, Ki Dieng mengadakan ritual di Gua Istana Alas Purwa dengan menggugat – NYA, manakala dirinya masih dikehendaki – NYA, satu permohonan agar Pak Harto segera lengser bila tidak agar nyawanya segera dicabut – NYA saja!.
Kemudian digelarlah ruwatan Suro hari Selasa Kliwon, 8 Suro 1931 yang bertepatan dengan tanggal 5 Mei 1998 dengan menggelar wayangan dengan lakon “KRESNO MAGURU”, yang ternyata hanya berselang 16 hari, Pah Harto lengser keprabon pada 21 Mei 1998. Dan lakon wayang : Kresno sebagai titisan Wisnu pun ternyata harus (masih) berguru pada Ki Lurah Semar. Maknanya bisa jadi seorang Presiden/Pemimpin harus mendengarkan & melaksanakan suara rakyat karena ada semboyan “Fox populi – Fox Dei”, Suara rakyat adalah Suara TUHAN. Dia selalu menyatakan bahwa “Indonesia” berasal dari bahasa Sipoh yakni “indung sia” yang diartikan “induk dari segala suku bangsa di dunia”. Masih ditambahkan olehnya bahwa :”Manusia di dunia ini belum disbut JAWA bila mereka belum mencium Persada Bumi Pertiwi ini! Kemangrwaan (kemenduaan) kami ternyata kemudian secara ilmiah terpatahkan karena mendapatkan dukungan dari hepotesis Prof. A. Santos dan teori Oppenheimer.
Bangsa ini sungguh beruntung sehingga hendaknya senantiasa beryukur karena berdasarkan penelitian para ahli terutama oleh Prof. Aryoso Santos yang memakan waktu puluhan tahun lamanya telah menyimpulkan bahwa Benua Atlantis yang legendaris yang hilang itu telah diketemukannya kembali, yang tak lain adalah “Nusantara” ini.
Tak dapat dinafikan, bahwa begitu banyak bukti – bukti yang menguatkan hepotesis Prof. Santos baik secara geografis, geo politis, volcanologis, sosiologis dan sebagainya. Tak ketinggalan temuan Prof. Stephen Oppenheimer ilmuwan yang kesohor di bidang genitika & struktur DNA dari Oxford University, London menyatakan bahwa “Nenek moyang dari induk peradaban manusia modern (Mesir, Mediterania & Mesopotamia) adalah berasal dari Tanah Melayu yang sering disebut dengan Sunda Land (Indonesia)” (Kompas.Com, 27 Oktober 2010).
Sumber lain menyatakan bahwa kebudayaan dan atau kerajaan Sunda Nusantara telah ada sejak 86 juta tahun yang lalu yang bisa ditelisik adanya pembedaan dengan adanya Sunda Besar & Sunda Kecil. Hal tersebut, tentulah tak terbantahkan bahwa manusia purba dan binatang purba jejak & fosilnya masih ditemukan di negeri ini termasuk keberadaan binatang komodo adalah sebuah fakta.
Tak ketinggalan Profesor Susein Nainar dari Madras University yang 2 tahun mengadakan penyelidikan di Indonesia, menyatakan bahwa : “ Ia percaya bila orang – orang Belanda dan lain – lain ahli sejarah bangsa Barat telah membuat kesimpulan yang salah tentang asal – usul kultur dan peradaban bangsa Indonesia. Ia menyatakan , bahwa pada 1.000 tahun sebelum Isa, daerah – daerah sepanjang Lautan Hindia termasuk India Selatan, Indonesia, Madagaskar dan daerah sekelilingnya sudah mempunyai kultur dan peradaban yang sangat maju” (Manusia & Masyarakat Baru Indonesia, Soepardo SH. Cs, PN. Balai Pustaka, 1963 hal. 113 ). Prof. Sengkot Marzuki pun menyarankan adanya revitalisasi sejarah asal – usul nenek moyang karena dia memiliki keyakinan yang sama dengan Prof. Stephen Oppenheimer tsb.
Bahkan di Nusantara menurut Foundengs Fathers (Bung Karno – Bung Hatta, Sultah HB IX dll.) menyatakan bahwa terdapat cern, intis sel atau nucleus yakni suatu medan magnit yang dinamakan “BUMI MENTAOK”, bukan Alas Mentaok nama perdikan yang dihadiahkan oleh Sultan Hadi Wijoyo (Joko Tingkir) ke pada K.A. Pemanahan dan Danang Suto Wijoyo yang kemudian bergelar Panembahan Senopati paska terbunuhnya sang rival “ARYA PENANGSANG”, yang diasuh oleh Sunan Kudus.
Kawasan itu membentang dari Timur Sangkal Putung, Blitar dan ke barat Cilacap utara sebelah selatan gunung di selatan pesisir Jawa dan batas selatan adalah Lautan Indonesia. Sebagai kern maka bila daerah itu sakit/rusak maka sakit/rusaklah Nusantara ini. Maka para penghuni kern, medan magnit yang telah melupakan leluhur dan warisan serta ajarannya sehingga terjadilah “DECULTURISASI”, sikap kepribadian yang lembah manah – suka menolong – adaptif dan menjunjung tinggi manifesto Bhinneka Tunggal Ika telah ditanggalkannya yang digantikan dengan dogma agama dan claim kebenaran.
Untuk memasuki alur ceritera di bawah ini ada baiknya kita ungkapkan antara lain :
- Tata Letak Geografis NKRI = Proklamasi Kemerdekaan NKRI Terletak pada 96 derajat Bujur Timur hingga 141 derajat Bujur Timur. Dan pada 6 derajat Lintang Utara hingga 11 derajat Lintang Selatan. Secara numerologis dapat dikaji sebagai berikut :
- 141 – 96 = 45
- 45 = seperdelapan keliling bumi = 8
- 6 + 11 = 17, maka telah menunjukkan angka 17.8.45 hari Proklamasi.
- Kalau kita mengambil format 15 X 45 tersebut di atas, maka dari ke empat titik sudut format itu cobalah ditarik dua garis diagonal. Apa yang akan didapatkan ? Tiada lain adalah sebuah titik potong di tengah laut Selat Makasar (dengan koordinat bujur yang sangat mengharukan yakni :
117.8450 BT . Kembali lagi ke angka Proklamasi.
- Borobudur, salah satu monumen keajaiban dunia, didirikan pada lokasi terpilih Mahagelang (Magelang). Tentunya tahu bahwa Borobudur – Pawon dan Mendut diciptakan terletak pada satu garis lurus. Nah silahkan diperpanjang saja garis ini terus lurus dan ia akan menuju titik pusat Ibu Pertiwi tadi 117.8450 BT. Dan kepanjangan dari garis ini akan membentuk 340 (alias 2 X 170) dengan garis Katulistiwa atau garis Bhumi Mahagelang itu.
4. Krakatau adalah sebuah titik di persada Nusantara ini, yang senantiasa dapat dipakai
sebagai titik indicator suasana masa alam akibat pengaruh sikap adigang adigung adiguna manusia yang keluar dari jalurnya. Maka kini hubungkanlah Borobudur dengan Krakatau ini. Perpanjang saja garis hubung ini, potongkan dengan Katulistiwa. Apa yang terjadi kembali lagi sudut 170. Perpanjang pula garis hubung titik Pusat IP dengan Krakatau. Maka perpanjangan ini akan menuju ke Madagaskar yang merupakan wilayah Nusantara dahulu kala”, sebagaimana disampaikan kadang kami (Alm). Ir. Pradiko, Alm. maunpun oleh Prof. M. Yamin.
Nah bukankah itu merupakan anugerah bagi bangsa & Negara ini ?.
Adapun Borobudur yang pernah diklaim oleh seseorang bahwa itu merupakan peninggalan Islam & kini beredar sinyalemen lain bahwa Borobudur itu merupakan peninggalan Nabi SULAIMAN yang justru lebih purba dari claim tsb. Hal ini mungkin ada benang merah yang merupakan tantangan bagi para arkeolog dan sejarawan guna membuktikan secara saintific atas anggapan tersebut.
1. Kerajaan Mataram Kuna (rajanya Sanjaya – Pancapana dst.) yang bercorak Hindu kala itu di bawah kekuasaan Sriwijaya rajanya Bala Puteradewa – Syailendra yang bercorak Budha. Candi Borobudur berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti “Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa”, adalah nama asli Borobudur.
2. Mataram kuno, kemudian direlokasi oleh Mpu Senduk ke Jawa Timur ada dengan mendirikan kerajaan Medang Kamulan (sementara ada yang berpendapat bahwa kerajaan ini telah ada 50 tahun SM dengan rajanya Sri Mahapunggung I (kakeknya Aji Saka atau Mpu Sancaya) atau Kahuripan. Kemudian oleh cucunya Airlangga barulah Sriwijaya bisa ditaklukkannya.
3. Sebagai bahan telaah apakah nama Kabupaten di DIJ yakni “SLEMAN” ada kaitannya dengan nabi Sulaiman yang diributkan ini ?.
4. Nah bila bila candi Borobudur adalah sbagai pusat peribadatan umat Buddha maka Candi Prambanan (Roro Jonggrang) sebagai pusat peribadatan pemeluk agama Hindu.
5. Apakah pembuatan Sambara Bhudhara oleh wangsa Syailendra, mereka hanya menyempurnakan saja ? Tapi bila demikian halnya mengapa renovasinya memakan waktu demikian lama ?.
6. Tentang Candi Rara Jonggrang yang konon dibangun oleh Bandung Bandawasa apakah dia identik dengan Nabi Sulaiman ? Dan Roro Jonggrang identik dengan Ratu Saba ?
7. Candi Boko dengan Candi Rara Jonggrang (Prambanan) yang hanya berjarak k.l. 4 kilo meter banyak misteri yang seyogyanya disingkap. Kalau Kraton Boko adalah bermukimnya Ratu Saba, kemudian Prambanan yang terdapat candi Jonggarng juga candi Seribu dll. Berfungsi sebagai apa ?.
8. Apakah ada hubungannya dengan petilasan/makam Ratu Bilqis yang berada di pantai Laut Selatan?
9. Banyak bekas kraton – kraton di Nusantara ini yang bekasnya pun tidak terlacak. Bisa jadi sengaja ditutup dengan ilmu Panglimunan ? seperti “Jala Sutera” sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang dan mata umum ?. Karena banyak pihak dengan mata batinnya masih bisa melihat Kerajaan Pajajaran juga kerajaan nan gemerlap dan megah di Alas Ketangga ?.
10. Hubungan pembesar Jawa dengan Arab Saudi/Timur Tengah yang masih mudah dilacak adalah raja Mataram (Islam) ke tiga yakni Sultan Agung yang atas jasa – jasanya terhadap Saudi beliau diberinya gelar “SULTAN ABDULLAH MUHAMMAD MAULANA ALMATARAMI”, pada tahun 1640, 7 tahun paska diciptanya Tarikh Saka Jawa pada 8 Juli 1633 (1 Suro 1555).
Nah untuk menghubungkan pendapat Fahmi Basya atas penyelidikannya tentang BOROBUDUR inilah postingan dari kadang Sesca.
QUOTE
“BENERKAH CANDI BOROBUDUR PENINGGALAN NABI SULAIMAN” ?.
Membaca judul diatas, tentu banyak orang yang akan mengernyitkan dahi, sebagai tanda ketidakpercayaannya. Bahkan, mungkin demikian pula dengan Anda. Sebab, Nabi Sulaiman AS adalah seorang utusan Allah yang diberikan keistimewaan dengan kemampuannya menaklukkan seluruh makhluk ciptaan Allah, termasuk angin yang tunduk di bawah kekuasaannya atas izin Allah. Bahkan, burung dan jin selalu mematuhi perintah Sulaiman. Silahkan baca artikel di bawah ini yang kami himpun dari republika.co.id untuk lebih lengkapnya.
Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sementara itu, Candi Borobudur sebagaimana tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan oleh Dinasti Syailendra pada akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200 tahun yang lalu. Karena itu, wajarlah bila banyak orang yang mungkin tertawa kecut, geli, dan geleng-geleng kepala bila disebutkan bahwa Candi Borobudur didirikan oleh Nabi Sulaiman AS.
Candi Borobudur merupakan candi Budha. Berdekatan dengan Candi Borobudur adalah Candi Pawon dan Candi Mendut. Beberapa kilometer dari Candi Borobudur, terdapat Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Plaosan, dan lainnya. Candi-candi di dekat Prambanan ini merupakan candi Buddha yang didirikan sekitar tahun 772 dan 778 Masehi.
Lalu, apa hubungannya dengan Sulaiman? Benarkah Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang hebat dan agung itu? Apa bukti-buktinya? Benarkah ada jejak-jejak Islam di candi Buddha terbesar itu? Tentu perlu penelitian yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak untuk membuktikan validitas dan kebenarannya.
Namun, bila pertanyaan di atas diajukan kepada KH Fahmi Basya, ahli matematika Islam itu akan menjawabnya; benar. Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang ada di tanah Jawa.
Dalam bukunya, Matematika Islam 3 (Republika, 2009), KH Fahmi Basya menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lainnya.
Dalam Alquran, kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba disebutkan dalam surah An-Naml [27]: 15-44, Saba [34]: 12-16, al-Anbiya [21]: 78-81, dan lainnya.
Tentu saja, banyak yang tidak percaya bila Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.
Di antara alasannya, karena Sulaiman hidup pada abad ke-10 SM, sedangkan Borobudur dibangun pada abad ke-8 Masehi. Kemudian, menurut banyak pihak, peristiwa dan kisah Sulaiman itu terjadi di wilayah Palestina, dan Saba di Yaman Selatan, sedangkan Borobudur di Indonesia.
Tentu saja hal ini menimbulkan penasaran. Apalagi, KH Fahmi Basya menunjukkan bukti-buktinya berdasarkan keterangan Alquran. Lalu, apa bukti sahih andai Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman atau bangunan yang pembuatannya merupakan perintah Sulaiman?
Menurut Fahmi Basya, dan seperti yang penulis lihat melalui relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran.
Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tongkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.
“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman’.” (QS Al-Baqarah [2]: 248).
Kedua, pekerjaan jin yang tidak selesai ketika mengetahui Sulaiman telah wafat. (QS Saba [34]: 14). Saat mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, terdapat patung yang belum tuntas diselesaikan. Patung itu disebut dengan Unfinished Solomon.
Ketiga, para jin diperintahkan membangun gedung yang tinggi dan membuat patung-patung. (QS Saba [34]: 13). Seperti diketahui, banyak patung Buddha yang ada di Borobudur. Sedangkan gedung atau bangunan yang tinggi itu adalah Candi Prambanan.
Keempat, Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.
Kelima, kisah Ratu Saba dan rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia. (QS An-Naml [27]: 22). Menurut Fahmi Basya, Saba artinya berkumpul atau tempat berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung tidak mengetahui nama daerah itu. “Jangankan burung, manusia saja ketika berada di atas pesawat, tidak akan tahu nama sebuah kota atau negeri,” katanya menjelaskan. Ditambahkan Fahmi Basya, tempat berkumpulnya manusia itu adalah di Candi Ratu Boko yang terletak sekitar 36 kilometer dari Borobudur (sebenarnya nyaris 2 x lipat jaraknya, red). Jarak ini juga memungkinkan burung menempuh perjalanan dalam sekali terbang.
Keenam, Saba ada di Indonesia, yakni Wonosobo. Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS Saba [34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi, kata ‘Wana’ bermakna hutan. Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo adalah hutan Saba.
Ketujuh, buah ‘maja’ yang pahit. Ketika banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba, pepohonan yang ada di sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya. “Tetapi, mereka berpaling maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar [1236] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl & sedikit dari pohon Sidr.” (QS Saba [34]: 16).
Kedelapan, nama Sulaiman menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan kata ‘su’ merupakan nama-nama Jawa. Dan, Sulaiman adalah satu-satunya nabi dan rasul yang 25 orang , yang namanya berawalan ‘Su’.
Kesembilan, Sulaiman berkirim surat kepada Ratu Saba melalui burung Hud-hud. “Pergilah kamu dengan membawa suratku ini.” (QS An-Naml [27]: 28). Menurut Fahmi, surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk kekayaan Nabi Sulaiman. Ditambahkannya, surat itu ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko.
Kesepuluh, bangunan yang tinggal sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan yang tinggal sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat sejumlah stupa yang tinggal sedikit. “Ini membuktikan bahwa Istana Ratu Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman,” kata Fahmi menegaskan.
Selain bukti-bukti di atas, kata Fahmi, masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya angin Muson yang bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), kisah istana yang hilang atau dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya. Dengan bukti-bukti di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman. Bagaimana dengan pembaca? Hanya Allah yang mengetahuinya. Wallahu A’lam.
UNQUOTE
Sumangga kami kembalikan pada kearifan panjengan sami dan bila terdapat perbedaan asumsi janganlah sampai menimbulkan meruncingnya “Dharma eva hota – hanti”, kuat karena bersatu – bersatu karena kuat”! //SAMPURNA